October 3, 2024

Satu lagi yang menjadi kebanggaan pesantren Sukorejo, khususnya Ma’had Aly Sukorejo. Dari ribuan santrinya ada 3 santri yang berjuang mengharumkan nama pondok yang terkenal dengan P2S3 ini. setelah beberapa hari yang lalu, tepatnya pada tanggal 10 Januari 2016 telah ditentukan peserta yang berhak lolos 10 nominator naskah terbaik, 6 di antaranya adalah santri Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo. Dan pada tanggal 23 Januari 2016 mereka diundang ke kantor PWNU Jatim yang terletak di dekat masjid Nasional al-Akbar Surabaya, untuk mempresentasikan hasil karya yang telah dibuatnya.

Alhamdulillah, setelah seharian acara presentasi di kantor lt. 1 PWNU Jatim, 3 di antara santri Sukorejo diberi kesempatan untuk mengangkat trofi. Ketiga santri Sukorejo yang tinggal di asrama Ma’had Aly tersebut adalah:

  1. Ahmad Muzakki sebagai juara II. Santri Ma’had Aly Marhalah Wustho asal Bondowoso, yang sekaligus menjadi redaktur buletin Tanwirul Afkar bagian persidangan. Judul karya ilmiahnya “Etika Politik Rakyat dan Pemerintahan; Studi Pemikiran Santri Ma’had Aly Situbondo dalam Buku Fikih Progresif”.
  2. Mohammad Firmansyah sebagai juara III. Santri yang akrab dipanggil Firman ini merupakan santri Ma’had Aly Marhalah Wustho asal Jember sekaligus menjabat Pimpinan Redaksi buletin bulanan Ma’had Aly “Tanwirul Afkar”. Judul karya ilmiahnya “Ekskusi Mati sebagai Sanksi Efektif Memberantas Korupsi”.
  3. Ahmad Husain al-Habsyi sebagai harapan I. santri asal kota Tape Bondowoso yang berstatus santri Ma’had Aly Marhalah Ula (I’dadiyah). Judul karya ilmiahnya “Demonstrasi Kiai Melawan Korupsi Perspektif Fikih”.

“Acara presentasi dilaksanakan di kantor PWNU Jatim Lt. 1. Masing-masing 10 nominator diberi waktu setengah jam untuk mempresentasikan hasil karyanya yang telah terpilih. Dengan waktu setengah jam, mereka leluasa mengemukakan gagasan briliannya dengan dibantu powerpoint di di hadapan 3 penguji dan 1 moderator. Semua peserta mendapat giliran sesuai dengan urutan abjad dan menunggu di luar ruang siding kecuali yang dipanggil namanya”, kata Firman menjelaskan tekhnis pelaksanaan presentasi karyanya.

Tepatnya pada hari Minggu, 24 Januari 2016, acara diakhiri dengan seminar Nasional dengan tema “Tradisi Menulis di Pesantren dari Masa ke Masa” yang diisi oleh budayawan Nasional Indonesia asal Sumenep yang dijuluki si Celurit Emas; KH. D. Zawawi Imron beserta penulis handal Nasional bahkan Internasional asal Paiton Probolinggo; Gus Muhammad al-Fayyadh.


Kemudian dilanjutkan dengan pemberian penghargaan bagi para pemenang LKTI Santri 2015 se Jawa Timur. Pemberian hadiah sebenarnya dipasrahkan kepada Kyai Zawawi, namun beliau udzur Karena harus chek in di Bandara Juanda jam 01.00. sehingga beliau memasrahkan sepenuhnya kepada Gus Fayyadh. Hadiah diberikan kepada 6 peserta LKTI, 3 di antaranya diboyong oleh santri Sukorejo, 2 santriwati asal pesantren Sumenep dan 1 lainnya dari PP. al-Jawi – Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *